Kamis, 29 Januari 2015

Materi BBLR



BAB II
TINJAUAN PUSAKA


A.    Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
1.    Pengertian
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir rendah kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Istilah prematur telah diganti dengan BBLR karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun cukup bulan, atau karena kombinasi keduanya (Manuaba, 2010: 436)
World Health Organization (WHO) mengganti istilah bayi prematur dengan BBLR, karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bukan bayi prematur. BBLR adalah berat badan bayi kurang dari 2.500 gram (Sudarti dan Afroh, 2013: 3). BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) (Pudjiadi, dkk., 2010)
Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai 2.499 gram) tanpa memandang masa kehamilan.
2.    Klasifikasi BBLR
Menurut (Proverawati dan Sulistyorini, 2010: 4), ada beberapa cara mengelompokan bayi BBLR, yaitu:
1)         Menurut harapan hidupnya:
a.       Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir 1.500-2.500 gram
b.        Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir <1.500 gram.
c.         Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir <1.000 gram
2)        Menurut masa gestasinya:
a.         Prematur murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
b.        Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan di karenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.
c.         Menurut Renfield dalam Maryunani (2013: 318) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Proportionate IUGR merupakan janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dada lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya.
2.    Disporpotionate IUGR merupakan janin yang terjadi karena distres sub akut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir.
3.    Tanda-Tanda BBLR
Menurut (Proverawati dan Sulistyorini, 2010: 3), bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri:
a.       Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b.      Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
c.       Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
d.      Rambut lanugo masih banyak
e.       Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f.       Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
g.      Tumit mengkilap, telapak kaki halus
h.      Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki)
i.        Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
j.        Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
k.      Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang
l.        Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
4. Patofisiologi
Temperatur dalam kandungan 37’C sehingga bayi setelah lahir dalam ruangan suhu temperatur ruangan 28-32’ C.  (Sudarti dan Afroh, 2013: .4).
Perubahan temperatur ini perlu diperhitungkan pada BBLR karena belum bisa mempertahankan suhu normal yang disebabkan:
a.       Cadangan energi sangat kurang
b.      Jaringan lemak subkutan lebih tipis sehingga kehilangan panas lebih besar
c.       BBLR sering terjadi penurunan berat badan disebabkan: malas minum dan pencernaan masih lemah
d.      BBLR rentan infeksi sehingga terjadi sindrom gawat nafas, hipotermi, tidak stabil sirkulasi (edema), hipoglikemi, hipokalsemia, hiperbilirubin
5. Masalah Yang Sering Muncul
            Masalah yang sering muncul pada BBLR (Sudarti dan Afroh, 2013: 7),  yaitu:
a.       Gangguan pola nafas
b.      Hipotermi
c.       Ketuban nutrisi
d.      Potensi infeksi
6. Penatalaksanaan
                Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditujukan pada pengaturan suhu, pemberian makanan bayi, ikterus, pernapasan, hipoglikemi, dan mengindari infeksi, yang di uraikan sebagai berikut (Maryunani, 2013: 319):
a.  Pengetahuan suhu badan prematuritas / BBLR :
1).   BBLR dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik metabolisme rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu BBLR harus dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim.
2).  Apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan di sampingnya diletakan botol berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
b. Makanan bayi BBLR
1). Alat pencernaan bayi belum sempurna lambung kecil enzim pencernaan belum matang sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kg BB sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung, reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekuensi yang lebih sering.
2). Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI lah yang paling dahulu di berikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan lahan atau dengan memasang sonde.
3). Permulaan cairan yang diberikan 50-60 cc/ kg BB/ hari terus di naikan sampai mencapai sekitar 200 cc/ kf BB/ hari.
c. Ikterus
1). Semua bayi BBLR menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak di konjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu.
2).  Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar heramolisias dan infeksi karena hperbilirubinema dapat menyebabkan kernikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah  coklat.
d. Pernafasan
1).  BBLR mungkin menderita penyakit membran hialin.
2).  Pada penyakit ini tanda-tanda gawat pernafasan selalu ada dalam 4 jam bayi harus di rawat terlentang atau tengkurep dalam inkubator dada abdomen harus di paparkan untuk mengobserfasi usaha pernafasan.
e. Hipoglikemi
1). Hipoglikemia mungkin paling timbul pada BBLR  yang sakit bayi berberat badan lahir rendah.
2). Dengan demikian, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur
f. Menghindari Infeksi
1). BBLR mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna.
2). Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan BBLR



7. Pencegahan terjadi BBLR
Dalam Manuaba (2010: 440), upaya mencegah terjadinya persalinan prematuritas atau BBLR lebih penting dari pada menghadapi kelahiran dengan berat yang rendah, yaitu:
a.       Upayakan agar melakukan asuhan antenatal yang baik, segera melakukan konsultasi-merujuk penderita bila terdapat kelainan.
b.      Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan dengan BBLR
c.       Tingkatkan penerimaan gerakan Keluarga Berencana (KB)
d.      Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau tirah baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari patrun normal kehamilan
e.       Tingkatkan kerja sama dengan dukun beranak yang masih mendapat kepercayaan masyarakat.

B. Faktor-Faktor Terjadinya BBLR
Menurut  (Proverawati dan Sulistyorini, 2010: 5), berikut ini faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut:
1.    Faktor Ibu
a.       Penyakit
Mengalami komplikasi kehamilan, seperti: anemia sel berat, pendarahan ante partum, hipertensi, preeklamsia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal) dan menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, HIV/AIDS, TORCH
b.      Ibu
1)   Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2)   Kehamilan ganda (multi gravida)
3)   Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek
4)   Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
c.       Keadaan Sosial Ekonomi
1)   Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah
2)   Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
3)   Keadaan gizi yang kurang baik
4)   Pengawasan antenatal yang kurang
5)   Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
d.      Sebab Lain
1)   Ibu perokok
2)   Ibu peminum alkohol
3)   Ibu pecandu obat narkotik
4)   Penggunaan obat antimetabolik
2.    Faktor Janin
a.         Kelainan kromosom (Trisomy autosomal)
b.         Infeksi janin kronik
c.         Disautonomia familial
d.        Radiasi
e.         Kehamilan ganda/kembar (Gameli)
f.          Aplasia pancreas
3.    Faktor Plasenta
a.         Berat plasenta berkuran atau berongga atau keduanya
b.        Luas permukaan berkurang
c.         Plasentitis vilus (bakterial, virus dan parasite)
d.        Infark
e.         Tumor (Koriongioma, Mola hidatidosa)
f.         Plasenta yang lepas
g.        Sindrom plasenta yang lepas
4.    Faktor Lingkungan
a.         Bertempat tinggal di daratan tinggi
b.        Terkena radiasi
c.         Terpapar zat beracun

C. Karakteristik
1. Usia
Usia adalah tentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun, usia adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004)
Dalam beberapa teori diantaranya menurut Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan (2006), usia sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi perempuan, khususnya pada usia 20-25 tahun merupakan usia yang paling efektif untuk hamil dan bersalin. Kehamilan dan persalinan akan membawa resiko kesakitan dan kematian lebih besar pada remaja dibandingkan dengan perempuan yang telah berusia 20 tahun keatas, terutama di wilayah ataupun daerah yang pelayanan kesehatannya masih jarang atau bahkan tidak tersedia.
Menurut Arikunto (2006) berpendapat bahwa usia ibu dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu:
a. < 20 tahun
b. 20-35 tahun
c. > 35 tahun
Umur merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian bayi lahir dengan BBLR, dimana angka kejadian BBLR lebih sering dialami oleh ibu yang berusia < 20 tahun dan > 35 tahun. Pada ibu dengan usia < 20 tahun merupakan resiko tinggi kehamilan yang dapat mengancam keselamatan ibu dan bayinya. Hal ini disebabkan karena umur ibu yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsinya belum optimal dan secara psikologis emosional belum stabil.
Pada umumnya ibu yang usia > 35 tahun telah mengalami penurunan yaitu  berkurangnya fungsi organ tubuh (uterus) yang dapat menimbulkan perdarahan anteparum. Dengan adanya perdarahan maka aliran darah ibu ke janin berkurang, sehingga mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dari ibu ke janin terhambat ( Varney, 2002: 126)
2. Paritas
Paritas berasal dari bahasa latin. Parare yang artinya melahirkan. Menurut Dorland menyatakan bahwa “para” keadaan dimana seorang wanita sehubungan dengan kelahiran anak yang dapat hidup (Dorland, 2002: 825)
Beberapa istilah yang kaitan dengan paritas menurut (Dorland, 2008: 688-892)
a. Primipara
Adalah wanita yang pernah mengandung dan melahirkan fetus mencapai berat 50 gram atau umur gestasional 20 minggu, tanpa tergantung apakah anak itu hidup atau mati pada saat melahirkan dan apakah kelahiran tunggal atau kembar.
b. Multipara
Adalah seseorang perempuan yang telah melahirkan dua kali atau lebih yang menghasilkan  janin hidup, tanpa memandang apakah anak itu hidup atau mati.
c. Grandemultipara
Adalah seseorang perempuan yang telah melahirkan lima kali atau lebih yang menghasilkan janin hidup.
Dengan paritas yang tinggi, maka akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang melahirkan bayi dengan BBLR. Pada ibu paritas tinggi biasanya (multipara) organ reproduksi terutama pada uterusnya yang sudah lemah, yaitu terjadi gangguan kontraksi uterus yang disebabkan berkurangnya tonus otot uterus sehingga menyebabkan gangguan aliran darah dan mengakibatkan darah yang mengalir dari ibu tidak mampu untuk berimplantasi ke plasenta,sehingga oksigen untuk janin menjadi berkurang (Joeharno, 2008)
3. Umur Kehamilan
Umur kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama dan terakhir. Kehamilan dibagi 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi samapai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke empat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan (Wiknjosastro,2006:  89)
Pembagian kehamilan berdasarkan usia kehamilan menurut WHO (1979) dalam Manuaba (2010: 436) dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
a. Preterm yaitu usia kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
b. Aterm yaitu usia kehamilan antara 37 minggu sampai 42 minggu      (259-293 hari)
c. Post-term yaitu umur kehamilan di atas 42 minggu (294 hari)
 Menurut penelitian Liesmayani (2002), bayi dengan BBLR sebagian besar (86%) dilahirkan oleh ibu dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Sehingga umur kehamilan yang kurang dapat menyebabkan makin kecil bayi yang dilahirkan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan organ bayi belum sempurna.
4. Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16).
Pendidikan ilmiah adalah pendidikan formal ibu yang terakhir yang diamatkan dan mempunyai ijazah dan klasifikasi pendidikan dasar (SD dan SMP), Pendidikan Menengah (SMA) dan Pendidikan Tinggi (D3, S1 dan S2) diukur dengan cara dikelompokkan dan dipresentasikan dalam masing-masing klasifikasi (Arikunto, 2006). Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap minat ibu untuk memelihara untuk memelihara kehamilannya. Semakin tinggi pendidikan, secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan status sosialnya. Sebaliknya pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahun tentang kehamilan dan sering menjadi penyebab kurang gizi pada bayi. Suvei demografi di 40 negara (Engendering Development, Bank Dunia, 2001) yang memperlihatkan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan ibu, makin rendah angka kematian bayi. Bahkan, seorang ibu yang menyelesaikan pendidikan dasar enam tahun akan menurunkan angka kematian bayi secara signifikan dibandingkan dengan para ibu yang tidak tamat sekolah dasar. Angka kematian bayi ini bahkan semakin rendah bila para ibu menyelesaikan pendidikan menegah tingkat pertama (Kompas, 2005)
5. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau pencaharian masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu yang lebih untuk memperoleh informasi (Depkes RI, 2001). Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja seseorang akan banyak mempunyai informasi (Khusniyah, 2011).
Menurut (Notoatmodjo, 2012) jenis pekerjaan yaitu :
1.              Pedagang
2.              Buruh / Tani
3.              PNS
4.              Wiraswasta
Wanita hamil sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi. Salah satunya yaitu mata pencaharian kepala keluarga. Hal tersebut menyebabkan wanita kurang menjaga kesehatan selama hamil dan kurang memperhatikan asupan gizi yang benar. Jika asupan gizi saat hamil buruk, maka janin pun akan kekurangan nutrisi dalam perkembangannya dan menyebabkan bayi mengalami berat badan lahir rendah. Sehingga ibu yang bekerja lebih berpotensi berat badan lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Dilihat dari segi sosial ekonomi bagi sebagian anggota masyarakat yang mengalami krisis ekonomi atau dengan upah dan pendapatan yang kurang untuk pemeriksaan kehamilan merupakan beban berat, akibatnya mereka memilih untuk tidak memeriksakan kehamilannya sehingga ibu hamil tidak memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, asupan gizi pun tidak diperhatikan.




     

    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar